Woody



Katanya, ini merupakan sebuah abu perjalanan. Hendak aku lupakan namun begitu membekas beriringan dengan aromamu yang waktu kemarin sudah tanggal dan diliput tanah merah. Aku hendak menghapus semua keburukan yang sudah aku lalukan kepadanya sewaktu dahulu namun aku sudah melupakan dimana letak jalan menuju dirinya. Aku masih mengingat garis lekuk di hidungnya, aku juga masih merasakan bagaimana dahulu kita pernah berbincang tentang sesuatu yang tak pernah aku dan kamu mengerti. Aku memintamu untuk mengantarku tapi entah kemana akupun tak tahu, kamu semakin bingung dengan segala sikap dan tindakanku. Ya, segitiga itu yang kita permasalahkan waktu itu sampai hari ini ketika kamu sudah tak mungkin terjangkau kehidupanku.
Masih aku rasakan hangatnya aura kebasan tangan dan wanginya woody yang keluar dari lintasan angin di hadapanku. Aku masih mengingat saat kamu menepikan pandanganmu di daratan yang sangat jauh untuk menutupi semua rahasiamu, yang pada akhirnya aku bisa mengetahui kamu seutuhnya. Walaupun kini aku tak bisa membicarakan semua aibmu di depanmu, namun setidaknya teka-teki yang selama ini aku yakini terbukti kebenarannya. Aku memang seolah memiliki waham atau sejenis intuisi kebenaran yang selalu menyuruhku untuk menebakmu, menebak mereka, menebak alam dan semuanya. Aku tahu dan memastikan diriku sendiri jatuh di tangan yang benar, tanganmu yang tak pernah mau mengulur saja yang membuat semuanya harus berakhir.
Aku sempat merasa iri dengan segala kehidupanmu, keberhasilan dan keadaan semua yang melekat dengan dirimu dibandingkan dengan diriku sendiri. Aku tak pernah berharap jadi dirimu, namun aku berharap bisa mengetahui kamu seutuhnya. Kenapa mesti sekarang baru ku ketahui sebenarnya siapa dirimu? Siapa diri ini. Ini bukan urusan kekecewaan yang memuncak, namun ini adalah tentang terpecahkannya sebuah keinginan yang tak akan pernah bisa aku gapai. Aku mengerti begitu rapatnya kamu menempatkan jiwamu dalam ruangan gelap namun penuh hingar bingar kegilaan kehidupan. Aku paham dan aku mengerti dari isyarat-isyarat alam di sekitarmu, aku sangat paham dalam memilih sampel yang akan ku tebak kebenarannya. Satu hal yang tidak bisa kamu tutupi adalah kecerobohanmu.
Saat kamu memilih untuk menikmati teh hijau diujung pandangan mataku yang berkilau, aku tahu begitu banyak sandiwara kehidupan dan aroma-aroma yang ditawarkan di hamparan indah kota itu. Begitu banyak pemandian air panas yang bisa membuat syarafmu yang tegang kembali mengendor, begitu banyak dan aku sangat tahu itu. Aku sangat tahu kamu menyukai berbagai macam kehidupan disana dan akhirnya kamu memilih menyinggahi sebuah perahu yang kamu kayuh sampai ujung dermaga sana. Aku tahu kamu memilih untuk kembali ke arah mata angin dimana dirimu pertama kali datang, kau menaruh semua hakikat keringat selama kau jauh untuk kau bangunkan di arah itu sebuah kehidupan baru. Begitu indah riak air yang kau hasilkan dari arus perahu yang kau kayuh. Aku menikmatinya dan memandangnya selalu. Aku bahagia atas semua ini.
Apakah kamu tahu, aku sempat berlari ke kanan dan ke kiri hanya untuk mencari bau woody yang sudah berpuluh-puluh abad menghilang dari alam, aku hendak mencarinya di bunga-bunga yang mekar tahun ini, di kulit kayu yang mengering, di getah-getah pohon sembarang hutan. Namun tangkai-tangkai yang selama ini setia denganmu saja tidak tahu kemana kau terbawa arus, sampai ku temukan kau telah layu dan mengering sebulan yang lalu diatas tanah yang mewangi. Aku menemukan sebuah perahu yang terseok diatas danau temaram malam itu, mendung dan awan bergelayut di kening pengembara. Ku dengar serak nafasnya menahan getaran jiwa yang hilang, ingin sekali pengembara itu memberikan persembahan kepada roh-roh yang tak tahu balas budi, tanpa permisi berlalu lalang meninggalkan tuannya.
Aku tahu kini, apa yang kau sembunyikan beribu-ribu hawa dan aroma. Kamu tak akan bisa mengelak dari tebakanku tentang teka-teki dan segitiga amarah dan permusuhan yang sempat membakar sesajian yang diagung-agungkan oleh kita. Ya inilah akhir dari semua cerita yang pernah saya tuliskan, dan suatu hari nanti akan ada yang mengorek semua simpananku, woody, citrus, sandalwood, dan kau tahu aku menyukai wangi mistis itu. Aneh memang namun hal tersebut adalah pengobat dukaku.
Aku mengikat semua boneka-bonekamu dan akan ku simpan di dalam gudangku yang ku bakar agar keabadiannya segera fana, agar segala kenangan yang kusimpan tentangmu tetap terpatri dalam jiwa korosi. Mengenangmu untuk melupakanmu, aku sudah memiliki jalan bertemu dengan teka-teki tentangmu namun jalan itu tertutup untukku dan untukmu menghapus semua yang telah terjadi. Semua telah terjadi dan tidak akan pernah bisa aku memintamu untuk kembali memaafkan segala salahku, segala salahmu dalam pilu kepergianmu sampai nanti kau kembali.
Dalam keramaian aku merasa hening meskipun kamu sudah menutup diri bersama segala beban yang kau bawa, aku berharap Tuhan memberimu kasihNya.


Woody,
Wangimu telah menghilang, kini aku "Giordano"

Comments

Popular posts from this blog

Gunung Mayana

Susuhunan Sindangjawa

Anak Yatim Ngala Lauk